Senin, 22 Maret 2010

Shalat

SHALAT

Berasal dari kata WASHLAT yang artinya perlekatan atau persekutuan. Dalam hal ini adalah persekutuan dengan Allah. Di dalam Al Qur’an dikatakan bahwa Allah bersama kita dimanapun kita berada, bahwa lebih dekat Allah dari pada urat leher kita. Disadari atau tidak, kita memang sudah bersatu dengan Allah. Kita berada dalam “JUBAH” ALLAH, karena Allah meliputi segala sesuatu. Oleh karena itu, sebetulnya tidak aneh bila ada istilah Manunggaling Kawula Gusti, sebagai akibat adanya rasa cinta yang begitu hebat dari seorang hamba kepada Tuhannya, sehingga persekutuan itu membuat dia merasa lebur dan larut, sebagaimana gula yang larut dalam air, diapun merasakan tenggelam dalam Tuhan.

Menurut orang awam, shalat berasal dari kata SHOLU, yang artinya adalah TA’AT, PATUH mengikuti peraturan khusus dalam tata cara penyembahan.

Shalat dilakukan setelah bersuci, setelah bersih, murni. Setelah proses pemurnian terjadilah persekutuan dengan Allah ASHSHABIHU MA’ALLAH. Bersekutu dengan Allah bisa dimana saja dan kapan saja, setiap saat, adalah suatu shalat yang tidak bisa ditunda-tunda waktunya seperti shalat lainnya. Bersekutu dengan Allah adalah sholat yang kekal, sholat yang sebenar-benarnya sholat.

INILAH SHALAT YANG KEKAL – SHOLAT DA’IM ( AL MA’AARIJ 70 : 23 ).

MEREKA MENJAGA SHALAT MEREKA ( AL MA’AARIJ 70 : 34 ).

CELAKALAH ORANG-ORANG YANG SHALAT TAPI LALAI AKAN SHALATNYA ( AL MAA’UUN 107 : 4-5 ).

Al kisah seorang yang buta hurup ketika diperintahkan menulis lafad Allah, maka dia melakukan gerakan shalat : berdiri, ruku dan sujud yang melambangkan huruf Alif, Lam dan Ha …

Shalat merupakan sarana komunikasi vertikal antara hamba dengan Tuhan nya.

Dimulai dengan takbiratul ihrom : Allahu Akbar. Tuhan Maha Besar, disertai dengan mengangkat kedua belah tangan sebagai tanda penghormatan kepada kebesaran Allah dan sebagai tanda berserah diri secara total kepada Allah.

KUHADAPKAN WAJAHKU KEPADA YANG MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI SEBAGAI ORANG YANG CENDERUNG KEPADA AGAMA YANG BENAR DAN AKU BUKANLAH ORANG YANG MEMPERSEKUTUKAN TUHAN-NYA

(AL AN’AM 6 : 79).

KEPADA YANG sebagai petunjuk kemanunggalan arah bagi semua umat, lurus langsung kepada Tuhan Maha Pencipta, dengan penuh keyakinan, tanpa keraguan sedikitpun. Hadapkan dirimu kepada dirimu sendiri, disanalah AKU …

SESUNGGUHNYA SHOLATKU, IBADAHKU, HIDUPKU DAN MATIKU ADALAH DEMI TUHAN SEMESTA ALAM (AL AN’AM 6 : 162).

Agar khusuk, anggaplah ini adalah sholat kita yang terakhir, ikhlas dan pasrah.

LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA AWWALUL MUSLIMIN. TIADA SEKUTU BAGINYA. DEMIKIANLAH YANG DIPERINTAHKAN KEPADAKU DAN AKU YANG AWAL BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH. ( AL AN’AAM 6 : 163 ).

Berdiri tegak adalah sebagai CIRI KHUSUS bagi makhluk Allah yang diciptakan paling sempurna, diberi hati dan pikiran, diberi akal dan perasaan, yang tidak boleh angkuh, congkak, sombong dan jangan selalu mendongak ke atas.

Akan tetapi pada saat ruku ingat dan lihat juga kepada kehidupan masyarakat strata yang paling bawah, betapa menderitanya mereka … Bagaimana seandainya nasib kita seperti mereka.

Kemudian kita sujud dihadapan Allah mungkin kita lebih hina dari pada hewan berkaki empat, karena hewan tidak ada yang masuk neraka. Oleh karena itu :

SESUNGGUHNYA MANUSIA ITU MERUGI, KECUALI MEREKA YANG BERIMAN, BERAMAL SALEH, SALING MENGAJARI KEBENARAN, SALING MENGAJARI KESABARAN ( AL’ASHR : 2-3 ).

ORANG YANG PALING MULIA DISISI ALLAH ADALAH DIA YANG PALING TAQWA DIANTARA KALIAN ( AL HUJURAT 49 ; 13 ).

Sebaik-baiknya bekal, seindah-indahnya harta, sindah-indahnya pakian namun lebih indah pakaian yang namanya taqwa. Dihadapan Allah yang maha besar, yang maha kuasa, yang maha kaya, yang maha luas tanpa batas, kita hanya sekedar debu yang hina, yang tidak memiliki apa-apa. Semua milik Allah semata.

Pada saat kita duduk kita hanya bisa mengemis kepada Allah :

HAI MANUSIA !! ENGKAU TAK LEBIH HANYA SEORANG PENGEMIS DI DEPAN ALLAH. DIA YANG MAHA KAYA DAN MAHA TERPUJI

(AL FATHIR 35 : 15).

Kemudian pada saat kita sujud kembali itu adalah sebagai tanda keta’atan dan rasa hormat kita hanya kepada Allah semata.

DAN KEPADA ALLAH BERSUJUD SEMUA YANG ADA DI LANGIT MAUPUN SEMUA YANG ADA DI BUMI, BINATANG MAUPUN MALAIKAT, SEDANGKAN MEREKA TIADA MEYOMBONGKAN DIRI ( AN NAHL 16 : 49 ).

TIDAKLAH ALLAH MENCIPTAKAN JIN DAN MANUSIA MELAINKAN AGAR MEREKA MANGABDI KEPADA NYA ( ADZ DZAARIYAT 51 : 56 ).

BERTASBIH MEMUJI NYA TUJUH LAPIS LANGIT DAN BUMI SERTA MAKHLUK YANG BERADA DIANTARA KEDUANYA DAN TIADA SESUATUPUN YANG TIADA BERTASBIH MEMUJINYA ( AL ISRA 17 : 44 ).

INGATLAH KETIKA KAMI BERFIRMAN KEPADA PARA MALAIKAT :

“TUNDUKLAH KAMU KEPADA ADAM”, LALU TUNDUKLAH MEREKA, KECUALI IBLIS, IA MENANTANG DAN MENYOMBONGKAN DIRINYA, DAN IA TERMASUK GOLONGAN YANG KAFIR ( AL BAQARAH 2 : 34 ).

Malaikat sujud di hadapan Adam, dimana sujud tersebut bukan semata-mata untuk Adam, akan tetapi untuk Allah, karena Malaikat melihat haqiqinya Adam. Iblis tidak mau sujud dihadapan Adam karena iblis hanya melihat lahiriyah Adam. Demikian pula bila kita sujud semata-mata untuk kiblat atau untuk Ka’bah, bukan untuk Allah, maka itu adalah perbuatan syirik (musyrik).

ALLAAHUMMA A’UDZUBIKA MIN AN USYRIKA BIKULLI SYAI’IN.

YA ALLAH, AKU BERLINDUNG KEPADAMU DARI PADA SYIRIK DALAM SEGALA BENDA.

Kemudian duduk kembali kita harus ingat dan sadar, bahwa dihadapan Allah tidak ada perbedaan si kaya dan si miskin, baik pejabat maupun rakyat adalah hamba Allah. Kita sampaikan salawat dan salam kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah pun langsung membalas ucapan tersebut bagi hamba-hamba yang saleh. Hal ini merupakan bukti bahwa Rasulullah tetap hidup di sisi Allah dan mendapat rejeki, mendapat izin dari Allah untuk memberikan safaat kepada umatnya.

Perhatikan Firman Allah :

JANGAN KAMU MENGIRA ORANG YANG MENINGGAL DI JALAN ALLAH ITU MATI. TIDAK !!! MEREKA TETAP HIDUP DI SISI TUHANNYA DAN MENDAPAT REZEKI ( ALI IMRAN 3 : 169 )

Pada akhir Shalat kita mengucapkan salam : Semoga engkau selamat serta mendapat rahmat dan barokah Allah ke kanan dan ke kiri, secara horizontal kita hidup bermasyarakat, berinteraksi antar sesama umat manusia, dimana kita harus mempunyai rasa kesetiakawanan serta rasa kepedulian sosial. Ucapan salam ini tidak hanya sekedar di ucapkan di mulut saja. Hal ini akan lebih bermakna bila disosialisasikan , direalisasikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana selain mendo’akan, kita pun harus bersedia membantu kesulitan tetangga di sebelah kanan dan kiri kita baik secara moril maupun materil. Kita harus mau tolong-menolong, hidup bergotong-royong, tanpa pamrih. Apa yang kita kerjakan adalah semata-mata ibadah karena Allah.

Oleh karena itu jangan salahkan siapapun, bila ada umat Islam yang fakir-miskin kemudian dia berpaling setelah mendapat santunan dari umat lain. Salahkan diri kita sendiri, karena kita termasuk orang-orang yang lalai akan sholat nya. Kita hanya sekedar mengerjakan sholat akan tetapi tidak mendirikan sholat, tidak memahami hakikinya sholat. Bagi fakir miskin yang dibutuhkan bukan hanya sekedar khutbah angin surga saja akan tetapi yang mereka butuhkan adalah uluran tangan yang nyata. Kefakiran akan lebih mendekatkan seseorang kepada kekufuran. Sebagai tetangga mungkin kita ikut berdosa karenanya.

Pada saat sholat, setiap perubahan adegan sholat selalu dimulai dengan ucapan Allahu Akbar, artinya kita harus mengingat Allah setiap saat, dalam setiap gerak-gerik kita senantiasa eling kepada Allah, setiap saat senantiasa bersekutu dengan Allah. Kesemuanya itu adalah merupakan realisasi dari shalat yang kekal, SHOLAT YANG TIDAK TERPUTUS, yang langsung menghadap kepada Allah Yang Maha Rahman-Rahim, Maha Besar, Maha Luas. Hadapkan dirimu pada dirimu sendiri, disanalah DIA. WASHLAT, BERSEKUTU DENGAN ALLAH, MANUNGAL DENGAN ALLAH tanpa keterbatasan ruang dan waktu. Dengan demikian tampak jelas perbedaannya antara shalat yang kekal dengan Shalat wajib dan shalat lainnya yang harus menghadap ke kiblat Mekah (Ka’bah) serta ada waktunya yang bisa diundurkan atau dimajukan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Berarti shalat yang biasa mempunyai keterbatasan ruang (harus menghadap ke Kiblat Ka’bah) dan keterbatasan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar