Senin, 22 Maret 2010

Kiblat

KIBLAT

Merupakan simbol perwujudan dari kemanunggalan arah yang menuju kepada suatu kemanunggalan pemujaan dan pengabdian kepada Allah semata-mata, sehingga di negara manapun kita berada, ada keseragaman di dalam tata cara beribadah kepada Allah menurut syariat Islam.

Seandainya masalah kiblat itu belum di syariatkan, maka sesungguhnya setiap orang boleh saja menganggap seluruh ciptaan Allah ini sebagai kiblatnya.

Mengapa demikian ??? Oleh karena Dzat Allah adalah Dzat mutlak tanpa bentuk dan tanpa keterbatasan ruang dan waktu. Dzat Allah meliputi segala sesuatu, berarti kita berada dalam Tuhan. Kemanapun engkau mengahadap disanalah Allah. Di dalam dirimu, apakah engkau tidak memperhatikan ??? Tanda-tanda kami disegenap penjuru dan pada diri mereka. Dzat Allah bersatu dengan engkau sekalian dimanapun engkau berada. Katakanlah bahwa AKU dekat. Lebih dekat AKU dari pada urat leher. Tuhan menempatkan diri antara manusia dengan qolbunya. Barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal tuhannya. Allah adalah bathinnya manusia dan manusia adalah kenyataan dari pada Allah. Rahasia kalian adalah rahasia KU. Di dalam dada ada qolbu, di dalam qolbu ada fuad, di dalam fuad ada sir, di dalam sir ada Aku.

Alkisah ketika Al Halaj akan dihukum pancung, salah seorang petugas berkata : Jangan biarkan wajahnya menghadap ke kiblat. Kemudian Al Halaj berkata : Kemanapun kau hadapkan wajahku disanalah Allah.

Dengan demikian kita tidak perlu bersusah payah mencari Tuhan ke tempat yang jauh-jauh, karena dalam Ke-Esa-an Nya, Dia tidak dimana-mana dan tidak ke mana-mana. Tuhan adalah dekat, bahkan teramat dekat. Di dalam dirimu …

Aku hadapkan wajahku kepada (Tuhan) yang menciptakan langit dan bumi.

Secara haqiqi : Hadapkan dirimu kepada dirimu sendiri, disanalah Allah. Tak ada yang lain. Di dalam dirimu, apakah engkau tidak memperhatikan. Di dalam sir ada Aku. Aku berada di dalam hati seorang mukmin yang benar.

Dengan demikian, bila kita perhatikan dengan seksama, maka akan tampak adanya beberapa pegertian Kiblat yaitu : Kiblat Mekah (ka’bah), Kiblat diri (jasad), Kiblat hati ( qolbi ), Kiblat Haqq ( di dalam sir ada Aku ).

Berdasarkan firman-firman Allah serta Hadits-Hadits tersebut di atas, maka bila kita tidak melihat dan tidak menyadari adanya unsur-unsur KE ILLAHIAN yang tersembunyi di dalam setiap ciptaan Nya, berarti kita termasuk kedalam golongan Islam metaforikal atau Islam semu, bukan Islam tulen.

AL GHAZALI mengatakan bahwa Tauhid murni adalah penglihatan atas Tuhan dalam semua benda. Ada juga yang mengatakan : Fa inna’l’aarif man yaraul haqq fi kulli syai’in. Seorang arif adalah dia yang melihat Tuhan dalam semua benda. Dia tidak hanya melihat Tuhan semua benda (semua makhluk) tapi juga melihat setiap benda ( semua mahluk ) sebagai realitas dari pada Tuhan.

As Syibli berkata : Aku tidak melihat segala sesuatu kecuali Allah. Sedangkan Muhammad bin Wasi berkata : Aku tidak melihat segala sesuatu tanpa melihat Allah di dalamnya.

Setelah Aku sempurnakan kejadiannya, Aku hembuskan Ruh-Ku. Allahu bathinul insan, al insanu dzahirullaah. Allah adalah bathinnya manusia dan manusia adalah realitas Allah. Kemanapun engkau menghadap di sanalah Allah. Di dalam dirimu, apakah engkau tidak memperhatikan. Di dalam Sir ada Aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar