Senin, 22 Maret 2010

Catatan Khusus Menafkahkan Sebagian Harta atau Rezeki

CATATAN KHUSUS

MENAFKAHKAN SEBAGIAN HARTA ATAU REZEKI

INILAH AL KITAB YANG TIADA DIRAGUKAN, SUATU PETUNJUK BAGI MEREKA YANG TAKWA, MEREKA YANG BERIMAN KEPADA YANG GHOIB, MENDIRIKAN SHOLAT DAN MENAFKAHKAN SEBAGIAN REZEKI YANG KAMI BERIKAN KEPADANYA ( AL BAQARAH 2 : 2-3 ).

Menafkahkan sebagian harta atau rezeki adalah merupakan proses pemutihan agar harta atau rezeki yang kita terima menjadi suci, bersih, terbebas dari pada hak orang lain yang terkandung di dalamnya, sesuai dengan ajaran syare’at Islam.

Mengenai pengertian kata sebagian, di dalam permasalahan ini, besar nominalnya tergantung dari keikhlasan pribadi masing-masing. Sesungguhnya Allah tidak pernah menyusahkan umat manusia. Allah hanya ingin menilai hati umat Nya. Siapa-siapa diantara kita yang sungguh-sungguh beriman, sungguh-sungguh mencintai Allah dan Rosul Nya, serta siapa-siapa yang lebih mencintai harta bendanya. Siapa-siapa diantara kita yang lebih berserah diri kepada Allah, serta siapa-siapa yang lebih memper-Tuhan-kan hawa nafsunya, siapapun yang melakukan dosa syirik tersembunyi, pasti Allah mengetahui akan segalanya.

HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, MAUKAH KAMU AKU TUNJUKKAN SEMACAM PERNIAGAAN YANG DAPAT MENYELAMATKAN KAMU DARI SIKSAAN YANG AMAT PEDIH ??

PERNIAGAAN ITU ADALAH : KAMU TETAP BERIMAN KEPADA ALLAH DAN ROSULNYA, SERTA BERJIHAD DI JALAN ALLAH DENGAN HARTA DAN JIWAMU. IMAN DAN BERJIHAD ITULAH YANG LEBIH BAIK BAGIMU JIKA KAMU MENGETAHUINYA (ASH ASHAF 61 : 10-11).

KATAKANLAH : SESUNGGUHNYA TUHANKU MELAPANGKAN REZEKI BAGI SIAPA YANG DIA KEHENDAKI DIANTARA HAMBA-HAMBA NYA DAN MENYEMPITKAN BAGI SIAPA YANG DIKEHENDAKINYA. DAN BARANG APA SAJA YANG KAMU NAFKAHKAN, MAKA ALLAH AKAN MENGGANTINYA DAN DIA LAH PEMBERI REZEKI YANG SEBAIK-BAIKNYA (AS SABA 34 : 39).

Bila kita menyadari dan menghayati Wahyu Islami dengan sepenuh hati, sesungguhnya kita ini tidak memiliki apa-apa, semuanya adalah milik Allah. Jangankan harta benda, nyawa kita, hidup kita pun milik Allah. Kita hanya sekedar makhluk ciptaannya yang harus mengabdi kepada Nya. Kenapa kita harus kikir kepada Allah, sedangkan Dia menjanjikan akan menggantinya. Allah tidak akan menyalahi janji Nya, Dia yang maha taat, Dia yang maha kaya, Dia pemberi rejeki yang sebaik-baiknya. Bila kita kikir maka Tuhan akan mengganti kita dengan kaum yang lain dan mereka lebih berjaya.

INGATLAH, KAMU INI ORANG-ORANG YANG DIAJAK UNTUK MENAFKAHKAN HARTAMU DI JALAN ALLAH. MAKA DIANTARA KAMU ADA ORANG YANG KIKIR. DAN SIAPA YANG KIKIR, SESUNGGUHNYA DIA KIKIR TERHADAP DIRINYA SENDIRI, ALLAH LAH YANG MAHA KAYA, SEDANGKAN KAMULAH YANG MEMBUTUHKANNYA. DAN JIKA KAMU BERPALING (KIKIR), NISCAYA ALLAH AKAN MENGGANTI KAMU DENGAN KAUM YANG LAIN DAN MEREKA TIDAK AKAN SEPERTI KAMU

( MUHAMMAD 47 : 38 ).

Maha benar Tuhan dengan segala firman Nya. Tidak usah heran bila pada saat sekarang ini Umat Islam “kedodoran” bila dibandingkan dengan umat lain yang non Islam. Ini adalah bukti yang nyata atas kebenaran SURAT MUHAMMAD 38. Karena umat yang non Islam menafkahkan harta, menafkahkan rejeki yang di perolehnya sebesar 10 persen, sedangkan umat Islam hanya dianjurkan 2,5 persen. Hal ini tidak sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Hadits, oleh karena 2,5 persen tersebut tidak tercantum dalam Al Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukumnya.

KETAHUILAH, SESUNGGUHNYA APA YANG KAMU PEROLEH SEBAGAI RAMPASAN PERANG, MAKA SESUNGGUHNYA 1/5 ADALAH UNTUK ALLAH DAN ROSULNYA, UNTUK KERABAT DAN ANAK YATIM, ORANG MISKIN DAN ORANG DALAM PERJALANAN. TA’ATILAH KETENTUAN ITU JIKA KAMU BERIMAN KEPADA ALLAH DAN APA YANG KAMI TURUNKAN KEPADA HAMBA KAMI DI HARI PEMBEDAAN, DI HARI BERTEMU DUA PASUKAN. ALLAH MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU.

(AL ANFAL 8 : 41).

Menurut Rosulullah : Jihad Akbar adalah perang melawan hawa nafsu. Oleh sebab itu, bila umat islam tidak ingin “kedodoran”, tidak ingin jadi umat yang “kuntet”, tidak ingin ditertawakan, tidak ingin diganti Allah dengan kaum lain, maka Umat Islam seharusnya menafkahkan baik harta maupun rezeki yang diperoleh dari Allah sekurang-kurangnya adalah 20 persen ( seperlima bagian ) sesuai Surat Al Anfal 8 : 41.

Hal ini mungkin sebagai dasar acuan dari Bapak Amien Rais, yang menganjurkan zakat mal 20 persen …??? Karena sampai kapanpun kita harus terus berperang melawan hawa nafsu. Dalam hal ini pemerintah pun seharusnya mengatur serta menyesuaikan antara zakat dan pajak bagi umat Islam agar tidak terasa memberatkan.

Semoga kita tidak kena laknat Allah, semoga kita tidak diganti dengan kaum lain. Silahkan atur sendiri, sesuai dengan ke ihklasan diri masing-masing.

Sesungguhnya perkataan nafkah, Infak, yunfiqun, shodaqoh, jariyah dan zakat, semuanya itu berkaitan dengan proses pemutihan baik terhadap harta maupun terhadap rezeki yang kita peroleh.

Kata nafkah, infaq dan yunfiqun secara harfiah artinya adalah perintah. Kata shodaqoh dari kata shidiq secara harfiah artinya adalah benar. Berarti barang siapa yang melaksanakan perintah Allah pasti benar.

Kata jariah arti harfiahnya adalah mengalir. Misalnya kita mendapat uang atau bonus katakanlah hadiah lebaran dari Bos, kemudian kita memberikan sebagian bonus yang kita peroleh kepada ibu – bapak, kerabat kita, kepada pembantu dsb. Pembantu pulang kampung, dikampungnya si pembantu inipun menafkahkan sebagian yang ia peroleh kepada kerabatnya. Itulah yang disebut mengalir dari atas sampai ke strata yang paling bawah. Pahalanya pun mengalir pula tanpa terputus, dari strata yang paling bawah ke strata yang paling atas. Itulah pengertian jariah.

Kata zakat pengertiannya adalah : yang memberi menjadi bersih, suci dan yang menerima menjadi senang. Apa yang kita berikan tidak harus materi.

MEREKA AKAN BERTANYA KEPADAMU TENTANG APA-APA YANG AKAN MEREKA NAFKAHKAN. JAWABLAH : APAPUN YANG KAMU NAFKAHKAN DARI HARTA YANG BAIK, MAKA UTAMAKANLAH KEPADA KEDUA ORANG IBU BAPAK, KAUM KERABAT, ANAK-ANAK YATIM, ORANG-ORANG MISKIN, DAN ORANG-ORANG DALAM PERJALANAN DAN APAPUN KEBAIKAN YANG KAMU PERBUAT, SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA MENGETAHUINYA (AL BAQARAH 2 : 215).

SEMBAHLAH ALLAH DAN JANGANLAH KAMU MEMPERSEKUTUKAN ALLAH DENGAN APAPUN, DAN BERBAKTILAH KEPADA KEDUA ORANG IBU BAPAKMU, KAUM KERABAT, ANAK-ANAK YATIM, ORANG-ORANG MISKIN, TETANGGA DEKAT DAN YANG JAUH, TEMAN SEJAWAT, ORANG-ORANG DALAM PERJALANAN DAN HAMBA SAHAYAMU, SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK MENYUKAI ORANG-ORANG YANG SOMBONG DAN MEMBANGGAKAN DIRI (AN-NISA 4 : 36).

Perintah menafkahkan harta dijalan Allah berdasarkan ajaran Islam, bisa diterima oleh seluruh umat manusia, karena sangat jelas dan sangat masuk di akal.

Berdasarkan kedua ayat tersebut di atas : Prioritas pertama ditujukan untuk menyantuni lingkungan dalam keluarga sendiri, kemudian prioritas selanjutnya ditujukan untuk tetangga dekat dan yang terakhir adalah untuk tetangga jauh.

Di dalam lingkungan keluarga sendiri pun ada urutannya, yang pertama dan yang terutama sekali santunan diberikan kepada kedua orang ibu-bapak (termasuk ibu-bapak mertua), yang kedua kepada kaum kerabat dekat dan ketiga kepada hamba sahaya dalam hal ini adalah pembantu rumah tangga kita.

Dengan demikian siapapun orangnya bila sudah dewasa dan telah berpenghasilan cukup tentu akan lebih rela, akan lebih ikhlas bila diwajibkan untuk menyantuni lingkungan dalam keluarganya sendiri dari pada lingkungan keluarga orang lain, apalagi untuk kepentingan kedua orang tua-nya apapun akan dia berikan, bahkan nyawanya sendiri, kecuali bagi anak durhaka, yang lupa kacang akan kulitnya.

Berdasarkan beberapa ayat di dalam Al Qur’an ada 22 golongan (mustahik) yang berhak atas santunan tersebut : 1. Kedua orang ibu-bapak, 2. Kerabat, 3. Hamba sahaya, 4. Anak-anak yatim (yatim – piatu), 5. Orang-orang fakir, 6. Orang-orang miskin, 7. Pengurus zakat, 8. Mualaf, 9. Orang-orang yang berhutang yang disebut Gorimin, 10. Orang-orang yang dalam perjalanan, 11. untuk memerdekakan budak, 12. Untuk berjihad di jalan Allah, 13. Untuk Allah, 14. Untuk Rosulullah, 15. Untuk kerabat Rosul, 16. Ibnu Sabil, 17. Untuk mesjid, 18. Tetangga dekat, 19. Tetangga jauh, 20. Teman sejawat, 21. Fuqoro (Orang-orang yang terusir, tergusur), 22. Yang meminta-minta.

Pelajari Surat-surat :

Al Baqarah 215, At Taubah 60, Al Anfal 41, At Taubah 18, An Nissa 36, Al Hasyr 7-8, Al Baqarah 177.

2 komentar: